Pemuda Tewas Mengenaskan di Tangan Sahabatnya
ILUSTRASI
JAKARTA — Persahabatan yang telah
dijalin selama belasan tahun tak dapat menutupi rasa kesal dan amarah
pemuda ini. Faqih (17) alias Pakong tega membunuh temannya sejak kecil,
Muhamad Badrudin (17). Korban pun tewas mengenaskan dengan luka bacok di
sekujur tubuh.Ahadi (42) dan Bariyah (39), orangtua korban, tak menyangka jika putra sulung dari enam bersaudara tersebut tewas di tangan sahabatnya sedari kecil. Ditemui di ruang jenazah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Selasa (24/4/2012), ibu korban menceritakan kisah persahabatan berujung tragis tersebut.
"Anak saya minjam motor pelaku, saya enggak ngerti jenis motornya apa. Sabtu kemarin dia kecelakaan di Pinggir Rawa, Kali Deres, motornya lecet-lecet. Rupanya pelaku enggak terima dan minta ganti," ujarnya, sambil tak kuasa menahan kesedihannya.
Bariyah melanjutkan, ketika Pakong meminta ganti rugi kepada anaknya, korban telah menyanggupi untuk menggantinya dalam waktu dekat. Namun, hal tersebut tidak digubris oleh korban yang amarahnya telah memuncak. Bariyah tak habis pikir karena pelaku dan anaknya terlihat biasa-biasa saja dalam hal komunikasi sebelum tragedi tersebut. Pelaku bahkan sempat menginap di rumah korban di Jalan Peta Selatan RT 11 RW 11, Kalideres, Jakarta Barat, yang hanya berjarak 200 meter dari rumah pelaku, satu hari sebelum peristiwa tragis terjadi.
"Sekitar pukul 12.00 tadi, saya enggak tahu mereka pergi. Ternyata dia dibacok sama si Pakong di depan Masjid Baiturrahman, kompleks Citra 1, Kalideres. Saya kaget begitu dengar anak saya tewas, saya enggak percaya," tutur sang ibu.
Ahadi mengatakan, ia sempat melihat kondisi jasad putranya. Menurut dia, setidaknya ada 20 luka akibat senjata tajam di sekujur tubuh korban. Seluruh jari tangan anaknya pun putus akibat sabetan senjata tajam oleh pelaku.
Tak terima atas peristiwa yang menimpa anaknya, orangtua korban melapor ke Polsek Kalideres. Sang pelaku yang masih menempuh pendidikan tingkat SMK itu pun diamankan petugas tak lama setelah kejadian, dan masih diperiksa intensif. "Saya enggak terima anak saya begitu, nyawa harus dibayar sama nyawa," kata Bariyah.